Tonal adalah skala ukur sebuah foto yang dinilai dari bagian gelap terangnya. Sebuah foto dihasilkan, ia akan menghasilkan gradasi gelap dan terang. Distribusi tonal bisa dilihat dari histogram dari suatu foto. Histogram dapat kita temui pada kamera digital dan juga software pengolah foto seperti Adobe Photoshop.
Tiga titik poin yang biasanya menjadi tolak ukur koreksi tonal adalah Shadow, Midtone, Highlight.
Highlight sering disalah artikan sebagai titik paling terang dalam sebuah foto.
Shadow disalah artikan sebagai titik paling gelap dalam sebuah foto.
|
Histogram terdistribusi dominan di shadow. Menunjukkan foto cenderung low key |
Di mana letak kesalahannya dalam pengertian di atas? Ya Highlight memang titik paling terang dalam sebuah foto, tapi dengan syarat titik tersebut masih menyimpan detail atau jika dilihat dengan color picker nilai warnanya bukan C: 0%, M:0%, Y:0%, K:0%. Atau jika dalam skala RGB bukan R:255, G:255, B:255. Sementara Shadow sebaliknya, adalah titik paling gelap dimana masih menyimpan detail sehingga bukan 100% black atau pada skala RGB bukan R: 0, G: 0, B: 0.
|
Histogram terdistribusi dominan di midtone hingga highlight. Menunjukkan foto cenderung hi key |
Sementara Midtone adalah daerah dimana terdapat tingkat ke-terang-an menengah. Apakah sebuah foto selalu memiliki distribusi tonal yang lengkap atau merata? Tidak selalu. Ada foto dimana distribusi shadownya dominan, ada yang sebaliknya distribusi highlightnya yang dominan. Foto dengan distribusi shadow dominan di area Shadow sering disebut Low Key. Sementara foto dengan distribusi highlight yang dominan disebut Hi Key.
Terkadang sebuah foto tidak memiliki distribusi highlight atau shadow pada skala optimal. Untuk menyiasati hal ini sebagian kalangan melakukan koreksi dengan menggeser titik highlight atau shadow (tergantung mana yang tidak terdapat distribusi) ke kurva di mana terdapat distribusi tonal. Hasilnya distribusi highlight dan shadownya terpenuhi walaupun resikonya dengan meregangkan kurva distribusi tonal ada kemungkinan akan ada titik-titik kosong di tengah gambar. Hasilnya kontras foto meningkat namun gradasinya kurang halus, atau dalam bahasa komputer grafis disebut posterize. Fasilitas autolevel yang terdapat pada software RAW development dan software pengolah foto melakukan hal tersebut. Artinya ketika kita mengaplikasikan fasilitas autolevel software tersebut menggeser distribusi tonalnya sehingga titik shadow dan highlight terpenuhi.
Karena tonal identik dengan gradasi terang gelap sebuah foto yang digambarkan dengan warna hitam dan putih, banyak pihak yang merasa tidak perlu mempelajari tonal ketika tidak melakukan pemotretan hitam putih. Hal ini tidaklah tepat karena bahkan foto warna pun menyimpan distribusi tonal. Jika kita lihat lebih lanjut, informasi warna pada foto warna tersimpan pada channel. Jika mode warna yang digunakan RGB maka channel yang terlihat Red, Green & Blue. Jika mode warna yang digunakan CMYK maka channel yang terlihat adalah Cyan, Magenta, Yellow, & Black. Ketika kita ingin melakukan koreksi warna, kita bisa melakukan koreksi pada masing-masing channel yang diinginkan, tidak harus semuanya. Dan jika kita lihat informasi yang tersimpan pada setiap channel, semuanya ditampilkan dalam black & white. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan koreksi tonal juga diperlukan ketika kita ingin melakukan koreksi warna. Karena tiap channel tersimpan dalam informasi black & white. Lebih jauh lagi, jika kita melihat proses pencetakan sebuah foto dengan teknologi offset, maka sebelum foto tersebut dicetak, dibuatlah plat cetak yang isinya persis seperti kita lihat pada channelnya. Persis seperti channel, plat cetak juga terbagi dalam 4 lembar berisi informasi masing-masing Cyan, Magenta, Yellow dan Black. Dan semuanya tersimpan dalam warna hitam dan putih.
|
Histogram tidak full mengisi bidang. Fasilitas auto level secara otomatis akan menggeser slider yang tidak diisi histogram ke posisi yang terdapat histogram. |
|
Histogram hasil auto level. Kurva terdisitribusi merata namun posterize ada bagian yang kosong di tengah-tengah. |
Bit Depth & Dynamic RangeSering kali sebuah pada sebuah kamera kita menemui keterangan; Dynamic range: 12 bit. Sebenarnya apa arti Dynamic range? Dynamic range atau dalam bahasa Indonesianya sering disebut rentang nada adalah banyaknya tingkatan gradasi yang bisa ditampilkan oleh sebuah peralatan imaging atau foto yang diukur dari highlight higga shadownya di setiap channel warnanya. Artinya semakin banyak kemampuan menampilkan warna sebuah alat atau foto, semakin besar dynamic rangenya. Untuk itu kamera yag memiliki dynamic range yang lebih luas tentunya memberikan keleluasaan lebih dalam melakukan reproduksi warna. Atau bisa dikatakan semakin luas dynamic range nya semakin bagus sebuah kamera. Ini karena keleluasaan untuk menangkap warna dari obyek foto aslinya tanpa terjadi distorsi warna sangat besar. Jika iklan film jaman dulu pernah berkata “menangkap warna seindah aslinya” artinya memang tidak ada warna yang tidak bisa ditangkap dan direproduksi dengan benar menjadi sebuah foto tanpa adanya pergeseran nilai warna. Namun bukan berarti foto yang memiliki dynamic range adalah foto yang baik. Karena tidak semua foto yang dynamic rangenya sempit tidak bagus.
Satuan untuk menyatakan dynamic range tersebut atau yang sering disebut bit depth adalah bit. Rumus penghitungannya adalah 2 pangkat n, di mana n adalah besarnya angka bit depth. Sehingga 2 bit artinya kemampuan menampilkan warnanya adalah 2 pangkat 2 atau = 4. Beberapa peralatan imaging mencantumkan bit depthnya dalam satuan per channel, misalnya 8 bit per channel. Artinya kemampuan menampilkan warna pada alat itu adalah 256 value dalam setiap channelnya.