Selasa, 28 Februari 2012

KODE SERIAL LENSA CANON

Huruf pertama, "U", menunjukkan bahwa lensa dibuat di pabrik Canon Utsunomiya, Jepang. Sebelum tahun 1986, huruf ini diletakan di posisi terakhir dari kode tanggal.

U = Utsunomiya, Jepang
F = Fukushima, Jepang
O = Oita, Jepang

Huruf kedua, "R", adalah kode tahun yang menunjukkan tahun pembuatan. Canon merubah huruf inisetiap tahun dimulai dengan A tahun 1986 dan sebelum itu, A pada tahun 1960 tanpa kode pabrikterkemuka. Berikut adalah tabel sederhana tahun pembuatanya:
  • A = 1986, 1960
  • B = 1987, 1961
  • C = 1988, 1962
  • D = 1989, 1963
  • E = 1990, 1964
  • F = 1991, 1965
  • G = 1992, 1966
  • H = 1993, 1967
  • I = 1994, 1968
  • J = 1995, 1969
  • K = 1996, 1970
  • L = 1997, 1971
  • M = 1998, 1972
  • N = 1999, 1973
  • O = 2000, 1974
  • P = 2001, 1975
  • Q = 2002, 1976
  • R = 2003, 1977
  • S = 2004, 1978
  • T = 2005, 1979
  • U = 2006, 1980
  • V = 2007, 1981
  • W = 2008, 1982
  • X = 2009, 1983
  • Y = 2010, 1984
  • Z = 2011, 1985
Dua angka pertama, "09", adalah nomor bulan lensa diproduksi. Bulan Februari = 02, bulan 11 =November. Angka nol dari kode bulan kadang-kadang dihilangkan.
Dua berikutnya angka, "02", yang berarti menentukan berapa umur lensa Canon. Ini adalah kode internal Canon (yang kadang-kadang dihilangkan).

Minggu, 26 Februari 2012

TONAL, BIT DEPTH & DYNAMIC RANGE

Tonal adalah skala ukur sebuah foto yang dinilai dari bagian gelap terangnya. Sebuah foto dihasilkan, ia akan menghasilkan gradasi gelap dan terang. Distribusi tonal bisa dilihat dari histogram dari suatu foto. Histogram dapat kita temui pada kamera digital dan juga software pengolah foto seperti Adobe Photoshop.

Tiga titik poin yang biasanya menjadi tolak ukur koreksi tonal adalah Shadow, Midtone, Highlight.

Highlight sering disalah artikan sebagai titik paling terang dalam sebuah foto.
Shadow disalah artikan sebagai titik paling gelap dalam sebuah foto.


    Histogram terdistribusi dominan di shadow.
    Menunjukkan foto cenderung low key
    Di mana letak kesalahannya dalam pengertian di atas? Ya Highlight memang titik paling terang dalam sebuah foto, tapi dengan syarat titik tersebut masih menyimpan detail atau jika dilihat dengan color picker nilai warnanya bukan C: 0%, M:0%, Y:0%, K:0%. Atau jika dalam skala RGB bukan R:255, G:255, B:255. Sementara Shadow sebaliknya, adalah titik paling gelap dimana masih menyimpan detail sehingga bukan 100% black atau pada skala RGB bukan R: 0, G: 0, B: 0.
    Histogram terdistribusi dominan di midtone hingga highlight. 
    Menunjukkan foto cenderung hi key
    Sementara Midtone adalah daerah dimana terdapat tingkat ke-terang-an menengah. Apakah sebuah foto selalu memiliki distribusi tonal yang lengkap atau merata? Tidak selalu. Ada foto dimana distribusi shadownya dominan, ada yang sebaliknya distribusi highlightnya yang dominan. Foto dengan distribusi shadow dominan di area Shadow sering disebut Low Key. Sementara foto dengan distribusi highlight yang dominan disebut Hi Key.

    Terkadang sebuah foto tidak memiliki distribusi highlight atau shadow pada skala optimal. Untuk menyiasati hal ini sebagian kalangan melakukan koreksi dengan menggeser titik highlight atau shadow (tergantung mana yang tidak terdapat distribusi) ke kurva di mana terdapat distribusi tonal. Hasilnya distribusi highlight dan shadownya terpenuhi walaupun resikonya dengan meregangkan kurva distribusi tonal ada kemungkinan akan ada titik-titik kosong di tengah gambar. Hasilnya kontras foto meningkat namun gradasinya kurang halus, atau dalam bahasa komputer grafis disebut posterize. Fasilitas autolevel yang terdapat pada software RAW development dan software pengolah foto melakukan hal tersebut. Artinya ketika kita mengaplikasikan fasilitas autolevel software tersebut menggeser distribusi tonalnya sehingga titik shadow dan highlight terpenuhi.

    Karena tonal identik dengan gradasi terang gelap sebuah foto yang digambarkan dengan warna hitam dan putih, banyak pihak yang merasa tidak perlu mempelajari tonal ketika tidak melakukan pemotretan hitam putih. Hal ini tidaklah tepat karena bahkan foto warna pun menyimpan distribusi tonal. Jika kita lihat lebih lanjut, informasi warna pada foto warna tersimpan pada channel. Jika mode warna yang digunakan RGB maka channel yang terlihat Red, Green & Blue. Jika mode warna yang digunakan CMYK maka channel yang terlihat adalah Cyan, Magenta, Yellow, & Black. Ketika kita ingin melakukan koreksi warna, kita bisa melakukan koreksi pada masing-masing channel yang diinginkan, tidak harus semuanya. Dan jika kita lihat informasi yang tersimpan pada setiap channel, semuanya ditampilkan dalam black & white. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan koreksi tonal juga diperlukan ketika kita ingin melakukan koreksi warna. Karena tiap channel tersimpan dalam informasi black & white. Lebih jauh lagi, jika kita melihat proses pencetakan sebuah foto dengan teknologi offset, maka sebelum foto tersebut dicetak, dibuatlah plat cetak yang isinya persis seperti kita lihat pada channelnya. Persis seperti channel, plat cetak juga terbagi dalam 4 lembar berisi informasi masing-masing Cyan, Magenta, Yellow dan Black. Dan semuanya tersimpan dalam warna hitam dan putih.
    Histogram tidak full mengisi bidang.
    Fasilitas auto level secara otomatis akan menggeser slider 
    yang tidak diisi histogram ke posisi yang terdapat histogram.
    Histogram hasil auto level.
    Kurva terdisitribusi merata namun posterize
    ada bagian yang kosong di tengah-tengah.
    Bit Depth & Dynamic Range
    Sering kali sebuah pada sebuah kamera kita menemui keterangan; Dynamic range: 12 bit. Sebenarnya apa arti Dynamic range? Dynamic range atau dalam bahasa Indonesianya sering disebut rentang nada adalah banyaknya tingkatan gradasi yang bisa ditampilkan oleh sebuah peralatan imaging atau foto yang diukur dari highlight higga shadownya di setiap channel warnanya. Artinya semakin banyak kemampuan menampilkan warna sebuah alat atau foto, semakin besar dynamic rangenya. Untuk itu kamera yag memiliki dynamic range yang lebih luas tentunya memberikan keleluasaan lebih dalam melakukan reproduksi warna. Atau bisa dikatakan semakin luas dynamic range nya semakin bagus sebuah kamera. Ini karena keleluasaan untuk menangkap warna dari obyek foto aslinya tanpa terjadi distorsi warna sangat besar. Jika iklan film jaman dulu pernah berkata “menangkap warna seindah aslinya” artinya memang tidak ada warna yang tidak bisa ditangkap dan direproduksi dengan benar menjadi sebuah foto tanpa adanya pergeseran nilai warna. Namun bukan berarti foto yang memiliki dynamic range adalah foto yang baik. Karena tidak semua foto yang dynamic rangenya sempit tidak bagus.

    Satuan untuk menyatakan dynamic range tersebut atau yang sering disebut bit depth adalah bit. Rumus penghitungannya adalah 2 pangkat n, di mana n adalah besarnya angka bit depth. Sehingga 2 bit artinya kemampuan menampilkan warnanya adalah 2 pangkat 2 atau = 4. Beberapa peralatan imaging  mencantumkan bit depthnya dalam satuan per channel, misalnya 8 bit per channel. Artinya kemampuan menampilkan warna pada alat itu adalah 256 value dalam setiap channelnya.

    Sabtu, 25 Februari 2012

    RGB atau CMYK ?

    Fotografi erat hubungannya dengan warna. Hampir setiap fotografer pernah melakukan koreksi warna. Koreksi warna dilakukan baik karena keterbatasan kamera dalam mereproduksi warna-warna persis seperti yang di inginkan atau memang ingin memperkuat atau melemahkan kandungan warna tertentu pada foto. Alasan lain melakukan koreksi warna adalah karena ada perubahan warna ketika melakukan konversi mode warna dari RGB ke CMYK dan sebaliknya.  Sayangnya tidak semua yang melakukan koreksi warna mengerti tentang teori warna. Boleh dan bisa saja melakukan koreksi warna walaupun tanpa menge­tahui teori warna yang baku. Namun alangkah baiknya jika mengetahui sedikit mengenai teori warna yang ada karena sedikit banyak akan membantu dalam melakukan koreksi warna.

    Anda pasti familiar dengan nama ”RGB” dan ”CMYK”. Tapi apakah anda tahu apa arti dari kedua nama tersebut? RGB sering disebut sebagai warna additive atau God Colors. Hal ini karena warna ini dihasilkan oleh cahaya yang ada. Beberapa alat yang menggunakan model warna RGB antara lain: mata manusia, projector, TV, kamera video, kamera digital, dan alat-alat yang menghasilkan cahaya. Proses pembentukan cahayanya adalah dengan mencampur ketiga warna tersebut. Skala intensitas tiap warnanya dinyatakan dalam rentang 0 sampai 255. Ketika warna Red memiliki intensitas seban­yak 255, begitu juga dengan green dan blue. Maka terjadilah warna putih. Sementara ketika ketiga warna tersebut mencapai intensitas 0, maka terjadilah warna hitam, sama seperti ketika kita berada di ruangan gelap tanpa ca­haya, yang tampak hanya warna hitam.

    AND WHAT ABOUT CMYK? CMYK sering disebut sebagai warna subtractive. Mode warna ini digunakan oleh alat-alat yang mereproduksi warna dengan cairan atau pigmen buatan manusia seperti printer untuk merepresentasikan warna yang diinginkan. Pada awalnya mode warna CMYK berasal dari color model CMY. Ilmuwan warna pada saat itu berusaha menemukan formula yang tepat untuk menemukan mode warna yang bisa menghasilkan warna seperti pada mode warna RGB. Jika warna putih pada RGB dibuat dengan mencampur warna red, green dan blue pada skala maksimal, pada color model CMY warna putih dihasilkan ketika intensitas warna Cyan, Magenta dan Yellow berada pada titik 0%. Hal ini berdasar pada asumsi kertas yang digunakan putih. Maka dari itu anda tidak pernah bias menghasilkan warna putih dengan printer anda ketika anda menggunakan kertas berwarna. Sementara dengan RGB apapun warna dasar yang ada bisa berubah menjadi terlihat putih, karena adanya cahaya. Selanjutnya, ketika ilmuwan berusaha membuat warna hitam dengan color model CMY, mereka menemui jalan buntu. Walaupun secara teori dengan mencampur warna cyan, magenta dan yellow pada kadar 100% bisa didapatkan warna hitam, namun pada kenyataannya warna yang didapatkan dengan mencampur ketiga warna tersebut pada kadar maksimal hanya akan mendapatkan warna coklat tua mendekati hitam. Untuk itulah ditambahkan warna black. Dan sejak saat itu mode warna CMY menjadi CMYK. Tapi jangan salah sangka K pada CMYK bukan merupakan singkatan dari Black, melainkan singkatan dari “Key” yang kurang lebih artinya warna tersebut adalah kunci dari masalah tersebut.


    COLOR BALANCE
    Mode warna CMY & RGB saling berhubun­gan dan saling bertentangan. Percampuran warna-warna CMY bisa menghasilkan warna-warna RGB begitu juga sebaliknya. Pengurangan intensitas pada satu warna tertentu akan berakibat pada menambahnya intensitas pada warna lain yang diseberang­nya. Hal ini bisa dilihat pada fasilitas color balance di beberapa software seperti Adobe Photoshop. Misalnya, Yellow dengan Blue yang berseberangan, Green dengan Magenta, Red dengan Cyan. Masing-masing pasangan ini berseberangan. Artinya penambahan warna yang satu akan berakibat pengurangan intensitas warna yang ada di seberangnya. Dengan mengetahui color balance ini anda bisa lebih leluasa melakukan color correction.
    COLOR GAMUT
    Bagi anda yang memotret hanya untuk kep­erluan website, atau hanya dilihat di monitor tentunya anda banyak bekerja pada mode warna RGB karena mode warna itu yang di­gunakan oleh peralatan semacam itu. Namun bagi anda yang memotret untuk keperluan cetak offset tentunya anda harus mengkon­versi warna dari mode RGB ke CMYK. Masalah yang paling banyak terjadi adalah terjadinya distorsi warna atau perubahan warna. Hal ini juga sering kita temui ketika kita menc­etak foto kita dengan printer biasa. Perlu diketahui bahwa tiap color model memiliki keterbatasan menampilkan warna. Singkatnya tidak semua warna yang bisa ditampilkan oleh color model RGB bisa ditampilkan oleh color model CMYK, begitu pun sebaliknya. Warna-warna dengan saturasi tinggi yang bisa ditampilkan dengan bantuan system reproduksi cahaya tentunya tidak bisa ditampilkan oleh CMYK. Keter­batasan menampilkan warna inilah yang disebut dengan color gamut.